-->

Pengertian Jahiliyah Dalam Islam Lengkap Menurut Istilah Bahasa

Pengertian Jahiliyah Menurur Istilah bahasa - Sering kita mendengar kata jahiliyah, apa sebenarnya jahiliyah itu? kalau secara bahasa adalah kebodohan, namun secara istilah jahiliyah adalah orang tidak mengenal Alloh SWT mereka menganggap bahwa segala aspek kehidupan hanya bersandarkan pada kenyakinan yang batil dan memiliki anggapan pada mahluk-mahlik misteri seperti keyakinan meraka pada batu, kuburan, dan barang gaib lainnya.

Dengan munsulnya jahiliyah karena sudah sekian lama setelah kepergiannya Nabi Isya As dunia ini tidak ada yang mengarahkan manusia ke jalan yang benar, maka pada saat itu hukum yang berjalan adalah hukum rimba siapa yang berani itulah yang menang, tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Mungkin banyak diantara kita barangkali sering mendengar atau membaca bahwa sebelum Nabi Muhammad dihadirkan ditengah-tengah kehidupan bangsa Arab, kondisi masyarakat padasaat itu  berada dalam kondisi jahiliyah (kebodohan).

Menurut P.K. Hitti dalam bukunya History of The Arabic makna jahiliyah di sini bukan berarti bodoh dalam segi ilmu pengetahuan, melainkan cuma bodoh dari sudut agama sebab pada zaman tersebut (ialah sebelum Rasul Muhammad datang) tak ada nabi dan tidak ada kitab suci yang dijadikan sebagai petunjuk hidup. Hitti mengemukakan bahwa dikala itu semenanjung Arab mempunyai peradaban yang tinggi, maka untun lebih jelasnya pengertian jahiliyah itu bisa Anda kaji dalam artikel kami ini:

Pengertian Jahiliyah Dalam Islam Lengkap Menurut Istilah Bahasa

a. Arti Jahiliyah
Jahiliyah berasal dari kata dasar ja ha la yang berarti bodoh atau sesat. Istilah dan makna kata tersebut akan kita saksikan di sekian banyak ayat di dalam Al Quran. Berikut ini beberapa diantaranya :

ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَىٰ طَائِفَةً مِنْكُمْ ۖ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۖ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ ۗ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ ۖ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا ۗ قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ ۖ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Arab-Latin: ṡumma anzala 'alaikum mim ba'dil-gammi amanatan nu'āsay yagsyā ṭā`ifatam mingkum wa ṭā`ifatung qad ahammat-hum anfusuhum yaẓunnụna billāhi gairal-ḥaqqi ẓannal-jāhiliyyah, yaqụlụna hal lanā minal-amri min syaī`, qul innal-amra kullahụ lillāh, yukhfụna fī anfusihim mā lā yubdụna lak, yaqụlụna lau kāna lanā minal-amri syai`um mā qutilnā hāhunā, qul lau kuntum fī buyụtikum labarazallażīna kutiba 'alaihimul-qatlu ilā maḍāji'ihim, wa liyabtaliyallāhu mā fī ṣudụrikum wa liyumaḥḥiṣa mā fī qulụbikum, wallāhu 'alīmum biżātiṣ-ṣudụr

”Kemudian sesudah kamu berduka-cita Allah menurunkan terhadap kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada anda, sedang segolongan lagi udah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang enggak benar kepada Allah sama seperti sangkaan jahiliah.” (QS. Ali Imran : 154)

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Arab-Latin: Wa qarna fī buyụtikunna wa lā tabarrajna tabarrujal-jāhiliyyatil-ụlā wa aqimnaṣ-ṣalāta wa ātīnaz-zakāta wa aṭi'nallāha wa rasụlah, innamā yurīdullāhu liyuż-hiba 'angkumur-rijsa ahlal-baiti wa yuṭahhirakum taṭ-hīrā

”dan hendaklah anda masih di rumahmu dan jangan kamu berhias dan bertingkah laku sama seperti beberapa orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab : 33)

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Arab-Latin: Huwallażī ba'aṡa fil-ummiyyīna rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīn

”Dia-lah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan Ayat-ayat-Nya pada mereka, menyucikan mereka serta mengajarkan terhadap mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). dansesungguhnya mereka diawal mulanya memang lah dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al Jumuah : 2)

Menurut Mahyudin dan Hilmi, ayat-ayat diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa pengertian jahiliyah mempunyai makna kekufuran, keangkuhan, kemaksiatan dan juga kebodohan. Orang Arab jahiliyah dianggap bodoh lantaran nggak pandai menulis serta membaca.

Prof.Dr. Hamka di dalam buku nya Tafsir Al Azhar menyampaikan Rasul saw diutus terhadap kaum yang ummi. Ummi disini benar-benar berarti nggak mampu menulis dan membaca. Beliau mengatakan bahwa dulu bangsa Arab bukanlah bangsa yang terpelajar dan bukan kaum yang memiliki sejarah peradaban yang tinggi seperti peradaban beberapa orang Yunani serta Romawi, orang Persia (Iran) serta India. Dalam 100 orang belum pasti ada satu orang yang sanggup menulis serta membaca. Walau tidak mampu membaca serta menulis, bangsa Arab masihlah mempunyai satu kelebihan yakni ingatannya yang amat kuat.

Berdasarkan sejarah yang tetap disampaikan oleh Prof.Hamka, beberapa orang Yahudi yang berada di Yastrib (yang selanjutnya menjadi Madinah) mengemukakan bahwa orang Arab bukanlah orang terpelajar. Orang Arab pula tidak merasa terhina dengan ungkapan tersebut. Bahkan orang Arab di Madinah tidak sedikit yang menyerahkan anak-anaknya kepada orang Yahudi untuk menuntut ilmu maka banyak diantara mereka yang masuk Yahudi.

b. Jahiliyah Dalam Berbagai Bidang
Dari segi peristiwa serta fakta, sesungguhnya sebelum Rasul saw, bangsa Arab benar-benar berada dalam masa kegelapan atau masa jahiliyah dalam arti sebenarnya. Berikut ini sekian banyak peristiwa kelam bangsa Arab yang di sampaikan oleh Mahayudin dan Hilmi di dalam bukunya yang berjudul Sejarah Islam :

1. Agama dan Akhlak
Terhadap era jahiliyah nilai kepercayaan serta moral orang Arab amat rendah karena belum ada nabi yang diutus untuk memberi mereka petunjuk. Ketika itu beberapa orang Arab menyembah patung dan berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Patung-patung serta berhala itu juga diperjual-belikan oleh mereka. Ada pula diantara mereka yang menganut paham animisme. Dari sisi moral atau akhlak, tingkah laku bangsa Arab amat tak sopan dan nggak mempunyai rasa kemanusiaan. Mereka kadang saling bertukar isteri bahkan ada yang mengawini isteri bapaknya sendiri. Enggak cuma itu, ada pula yang mengubur anak perempuannya yang tetap hidup buat menjaga kehormatannya didunia.

2. Politik
Bangsa Arab tak mempunyai posisi politik yang kuat di zaman jahiliyah. Kemungkinan cuma kerajaan Himyar saja yang masih dianggap mempunyai kapabilitas politik serta struktur pemerintahan yang cukup baik tetapi terus di bawah pengaruh negeri luar. disebelah utara semenanjung Arab dikuasai oleh kerajaan Romawi dan Persia, di sebelahselatan dikuasai oleh kerajaan Habsyah dan Persia. Di kawasan tengah sebagaimana Mekkah, meski enggak dijajah, masih meraih imbas dari penguasaan ke-2 wilayah tersebut. Kondisi ini mampu kita perhatikan terhadap peperangan Al-Fijar yg berjalan kepada bulan-bulan diharamkan berperang di antara kaum Quraisy bersama masyarakat Hirah yang dikala itu berada di bawah kerajaan Persia. Sampel lain yaitu serangan tentara gajah dari Yaman atas sokongan kerajaan Romawi ke kota Mekkah.

3. Ekonomi
Pasca runtuhnya bendungan Ma’rib di Yaman, kedudukan ekonomi orang arab di selatan Semenanjung Arab jadi tdk stabil. Kondisi ini memaksa sebahagian akbar penduduk di wilayah tersebut, merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Himyar, berpindah ke sebelah utara dgn berubah jadi pedagang dikarenakan wilayah sebelah utara yaitu kawasan padang pasir. Tapi perdagangan ini pula tdk berlangsung tidak tersendat sebab senantiasa mendapat tekanan politik dari Romawi serta Persia dan adanya kondisi politik yang senantiasa tak menentu ialah adanya peperangan diantara pada kabilah Arab. Di th 534 M kerajaan Himyar jatuh ke tangan kerajaan Habsyah dulu jatuh ke tangan kekuasaan Persia.

Kerajaan Habsyah sempat memperburuk kondisi perekonomian di kota Mekkah dengan melakukan serangan ke kota tersebut maka pertalian perdagangan antara Yaman serta Mekkah jadi rusak. Kondisi ini berefek kepada interaksi perdagangan antara Yaman serta Syam dikarenakan Mekkah berada di antara ke-2 wilayah tersebut. Pertalian perdagangan antara Yaman serta Hirah pula sering terputus sebab Hirah berada dibawah kekuasaan Persia sedangkan Yaman berada di kekuasaan Habsyah yang jadi sahabat koalisi politik kerajaan Romawi.

ditengah kondisi ekonomi-politik yang nggak menentu akibat perseteruan antara Persia serta Romawi, penduduk kota Mekkah yakni kaum Quraisy cobalah laksanakan tekanan ekonomi ke kaum Badwi. Perihal ini mengakibatkan kaum Badwi melaksanakan perlawanan dengan wujud perompakan ke tiap-tiap kafilah-kafilah perdagangan Quraisy.

Dari sudut internal, kesenjangan ekonomi di kota Mekkah pula lumayan tampak yakni kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Akibatnya sering berjalan huru-hara yang amat mengganggu perekonomian wilayah tersebut.

4. Ilmu Pengetahuan
Walau warga Arab Jahiliyah mempunyai sedikit kebolehan dalam berdagang tetapi keahlian tersebut nggak pass menjadikan mereka sebagai bangsa yang ber-peradaban sebab satu buah peradaban mempunyai ciri-ciri tersendiri termasuk juga faktor ilmu dan moral.

Sekian Banyak argumen kenapa warga Arab nggak dianggap sebagai penduduk yang memilik peradaban, diantaranya mula-mula terhadap era jahiliyah tersebut, adat penyebaran ilmu wawasan nyaris tak ada. Umumnya orang Arab buta huruf. Ke-2, waktu itu ilmu wawasan berasal dari negeri luar ialah dari bangsa Romawi, Yunani serta Persia. Tetapi, sebahagian agung dari mereka yang datang ke Mekkah lebih memilih konsentrasi berdagang di Mekkah daripada menyebarkan ilmu wawasan. Ke-3, sebab penduduk Arab tidak sedikit yang nggak dapat membaca serta posting, sehingga ilmu wawasan cuma di sampaikan dengan cara lisan serta hafalan.

Menurut Robert L. Gullick, sama seperti dikutip oleh Hj.Yahya dan Halimi dalam buku Peristiwa Islam, mengemukakan bahwa orang Arab Jahiliyah tak memberikan sumbangan apa-apa di bagian ilmu wawasan.

“The ancient Arabs, during the many centuries preceding the appearance of Muhammad, did not, so far as we know, contribute anything of significance to the body of scientific knowledge or to scientific method.”

Dengan Cara umum, rata-rata satu buah penduduk yang mempunyai peradaban sebagaimana Mesopotamia, Mesir, India, Yunani, Cina, Roma, Saba’ , mempunyai monument yang difungsikan dan peralatan komunikasi, mata duit, serta pemerintahan yang rutin. Tetapi, penduduk Arab jahiliyah enggak mempunyai ciri-ciri tersebut.

Atas kejahiliyahan yang dimiliki oleh bangsa Arab inilah, sehingga mereka tak patut dinamakan yang merupakan penduduk yang mempunyai peradaban. Tapi saat Allah SWT mengutus satu orang rasul serta mengambil kitab AL Quran, kehidupan penduduk Arab jadi beralih 1800. Bangsa yang diawal mulanya tdk diperhitungkan di kancah perpolitikan dunia, sesudah Rasul saw datang serta mendirikan suatu Negeri Islam di wilayah Arab, seluruhnya dunia mengalihkan pandangannya terhadap peradaban yang baru lahir tersebut.

Itulah yang dapat saya sampaikan mengenai tantang mas'alah pengertian jahiliyyah menurut bahasa sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW kedunia ini semoga dapat membawa manpaat bagi kita semua. Begitu juga kami sajikan untuk langkah berikutnya, doa selamat sholat tarawih, keutamaan sholat awal waktu, cara menumbuhkan Jiwa semangat dan masih banyak lagi yang lainnya makanya terus saja update disini.

Advertisement