-->

Tata Cara Bacaan Niat Doa Sholat Tarawih Dan Witir Sesuai Sunnah

Tata Cara Niat Dan Doa Sholat Tarawih Serta Keutamaannya - Banyak orang pada bertanya-tanya tentang dalil hukum hikmah Keutamaan atau pengertian tata cara niat shalat tarawih dan witir berjamaah berapa rakaat 20 tambah witir 3 atau 8 tambah 3 witir sesuai sunnah akan kami sedikit memberikan penjelasannya

Bulan suci ramadhan memiliki banyak alaman yamg husus di laksanakan diantaranya melaksanakan puasa wajib atau fardhu, sholat sunnah tarawih dan yang lainnya bahkan ada juga ibadah yang spesial harus dikerjakan pada bulan ramadhan yaitu shalat tarawih, selain bulan ramadhan kita tidak boleh melaksanakannya, itu menandakan istimewanya bulan ramadhan di banding dengan bulan-bulan yang lainya.

Bila mana bulan ramadhan telah tiba setelah pada awalnya kita berbagi ucapan ramadhan 2020, sepantasnya sebagai orang muslim mempunyai banyak kegiatan-kegiatan amal ibadah yang semestinya harus kita kerjakan selain kita melaksanakan kewajiban puasa sebulan lamanya demi kita memanfaatkan kesempatan pada bulan yang yang mulia dan penuh barakah ini.

Tata Cara Bacaan Niat Doa Sholat Tarawih Dan Witir Sesuai Sunnah

Sholat tarawih merupakan salah satu amal ibadah yang Allah syari’atkan bagi para hamba-Nya di bulan suci romadhon. dan hukum sholat tarawih adalah sunnah, namun walaupun hukumnya sunnah dalam tata cara pelaksanaan salat tarawih ini tidak ada bedanya dengan shalat fardlu (wajib hanya pada bacaan niat sholat tarawih yang membedakannya, bahkan kita ini dalam melaksanakan shalat tarawih itu harus sungguh-sunggu guna untauk menyempurnakan ibadah puasa kita sebagaimana yang akan kami paparkan Tata Cara Niat Dan Doa Shalat Tarawih Serta Keutamaannya dibawai ini:

Niat Shalat Tarawih :

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُومًا/إِمَامًا للهِ تَعَالَ

Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini (ma’muman/imaaman) lillahi ta’aalaa

Artinya : “Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat (jadi imam/ma’mum) karena Allah Ta’ala“

Doa Shalat Tarawih

اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنْ، وَلِلْفَرَآئِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكاَةِفَاعِلِيْنَ، وَلَمَاعِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى الْأَخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَآءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَآءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَآءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَآءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَآئِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آَكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَاَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مَنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيْقًا، ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَآءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَآءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya: Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan kewajiban- kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat , yang ridha dengan ketentuan, yang ber¬syukur atas nikmat yang diberikan, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, sampai kepada telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang masuk ke dalam surga, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah de¬ngan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu yang murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Keutamaan Shalat Tarawih

Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa dia berkata :
Nabi Muhammad SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan.Kemudian beliau menjawab;
Seorang Muslim yang melaksanakan Sholat Tarawih dari Malam Pertama hingga Malam Terakhir (Ke-29 atau 30), maka Fadhilah (Kebaikan) yg ALLOH sediakan baginya pada tiap malam adalah:
1. Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
2. Dan pada malam kedua, ia diampuni dan juga kedua orang tuanya (diampuni dosa-dosanya), jika keduanya mukmin.
3. Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, karena ALLOH telah mengampuni dosamu yang telah lewat.
4. Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
5. Pada malam kelima, ALLOH Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah (Nabawi) dan Masjidil Aqsha.
6. Pada malam keenam, ALLOH Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
7. Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa AS dan kemenangan Beliau atas Fir’aun dan Haman.
8. Pada malam kedelapan, ALLOH Ta’ala memberinya apa yang pernah ALLOH berikan kepada Nabi Ibrahin as
9. Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada ALLOH Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi Muhammad SAW
10. Pada Malam kesepuluh, ALLOH Ta’ala mengkaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
11. Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
12. Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
13. Pada malam ketiga belas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
14. Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka ALLOH membebaskannya dari Hisab pada hari kiamat.
15. Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
16. Pada malam keenam belas, ALLOH tetapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam Surga.
17. Pada malam ketujuh belas, ALLOH berikan padanya pahala seperti pahala para Nabi.
18. Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba ALLOH, sesungguhnya ALLOH ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.
19. Pada malam kesembilan belas, ALLOH mengangkat derajat-derajatnya dalam Surga Firdaus.
20. Pada malam kedua puluh, ALLOH memberikannya pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
21. Pada malam kedua puluh satu, ALLOH membangunkan untuknya sebuah gedung dari cahaya.
22. Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
23. Pada malam kedua puluh tiga, ALLOH membangunkan untuknya sebuah kota di dalam surga.
24. Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh 24 (duapuluh empat) doa yang dikabulkan.
25. Pada malam kedua puluh lima, ALLOH Ta’ala membebaskannya dari azab kubur.
26. Pada malam keduapuluh enam, ALLOH mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
27. Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati Shiroth pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
28. Pada malam keduapuluh delapan, ALLOH mengangkat baginya 1000 (seribu) derajat dalam surga.
29. Pada malam kedua puluh sembilan, ALLOH memberinya pahala 1000 (seribu) haji yang diterima.
30. Dan pada malam ketiga puluh, ALLOH berfirman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”

(Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad al-Khubari dalam kitab Durrotun Nashihiin Fil Wa’zhi wal Irsyaad, hal. 16 – 17).

Keterangan ini memang dho'if , tapi walaupun dho'if , kita bisa mengamalkannya karena ada sebahagian ulama yang memberi keringanan mengamalkan hadist tersebut dalam fadilah amal asalkan memenuhi syarat-syaratnya sebagai berikut ini:

1. Dho’if-nya tidak terlalu dho’if.
2. Hadits dho’if tersebut memiliki ashlun (hadits pokok) dari hadits shahih, artinya ia berada di bawah kandungan hadits shahih.
3. Tidak boleh diyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya.

Dari sini, berarti jika haditsnya sangat dhoif (seperti haditsnya diriwayatkan oleh seorang pendusta), maka tidak boleh diriwayatkan selamanya kecuali jika ingin dijelaskan kedhoifannya. Jika hadits tersebut tidak memiliki pendukung yang kuat dari hadits shahih, maka hadits tersebut juga tidak boleh diriwayatkan.

Misalnya hadits yang memiliki pendukung dari hadits yang shahih: Kita meriwayatkan hadits tentang keutamaan shalat Jama’ah, namun haditsnya dhoif. Maka tidak mengapa menyebut hadits tersebut untuk memotivasi yang lain dalam shalat jama’ah karena saat itu tidak ada bahaya meriwayatkannya. Karena jika hadits tersebut dho’if, maka ia sudah memiliki penguat dari hadits shahih. Hanya saja hadits dho’if tersebut sebagai motivator. Namun yang jadi pegangan sebenarnya adalah hadits shahih.

Akan tetapi ada syarat ketiga yang mesti diingat, yaitu hendaklah tidak diyakini bahwa hadits dhoif tersebut berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syarat ketiga ini yang seringkali tidak diperhatikan. Karena kebanyakan orang menyangka bahwa hadits-hadits tersebut adalah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak ditegaskan kalau hadits itu dho’if. Akibatnya timbul anggapan keliru.

Dalam syarat ketiga ini para ulama memberi aturan, hadits dho’if tersebut hendaknya dikatakan “qiila” (dikatakan) atau “yurwa” (ada yang meriwayatkan), tanpa kata tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Itulah yang dapat saya sampaikan tentang tata cara niat sholat tarawih Serta Keutamaannya semoga kita termotifasi dalam beramal dengan adanya kajian ini. Namun mengingat banyak pendapat dalam menentukan jumlah bilangan shalat tarawi kita bisa mengkajinya dalam Hadist Shahih Shalat Tarawih , pengertian shalat tarawih, ketentuan shalat witir, bacaan shalat tarawih, berapa jumlah rakaat shalat tarawih, tuliskan dalil tentang shalat tarawih boleh dilakukan dengan 20 rakaat, tata cara shalat tarawih 8 rakaat, bacaan bilal pada sholat tarawih, bagaimana cara melakukan shalat tarawih, pengertian jahiliyah dan masih banyak lagi yang lainnya. semoga dengan adanya artikel ini ada manfaatnya ngagi kita semua.

Advertisement